kesempatan

Mitos Kesempatan Sama di Sekolah Dasar Pinggiran: Gambaran Kesenjangan Sosial di Sidoarjo

pgsd.umsida.ac.id — Penelitian yang dilakukan oleh Dr Kemil Wachidah MPd dan Fitria Wulandari MPd, dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), mengungkap bahwa kesempatan sama dalam pendidikan masih menjadi mitos bagi anak-anak dari keluarga petani tambak di daerah pinggiran. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa sekolah justru menjadi ruang reproduksi kesenjangan sosial, terutama bagi siswa yang berasal dari kelas sosial bawah.

Sekolah Pinggiran dan Realitas Kesenjangan Pendidikan

Pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 seharusnya memberikan kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan bermutu. Namun, realitas di lapangan menunjukkan perbedaan mencolok antara sekolah di perkotaan dengan sekolah di daerah terpencil atau pinggiran.

Lihat Juga: Model Pembelajaran Berdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka Di Sekolah Dasar

Dr Kemil menjelaskan, kondisi nyata dapat dilihat di SDN Kupang IV Dusun Kali Alo, Sidoarjo, sebuah sekolah dasar yang terletak di kawasan tambak dan berbatasan langsung dengan Selat Madura. Sekolah ini menjadi satu-satunya pilihan bagi anak-anak petani tambak setempat. Sayangnya, fasilitas yang tersedia jauh dari kata layak. Bangunan sekolah terbuat dari kayu dengan ruangan yang lusuh, tanpa perpustakaan, serta minim sarana belajar lainnya.

Kondisi tersebut sangat berbeda jika dibandingkan dengan sekolah di perkotaan yang memiliki fasilitas modern, buku lengkap, hingga dukungan teknologi. Ketidaksetaraan ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah benar sekolah mampu memberikan kesempatan sama bagi semua anak, atau justru hanya menguntungkan mereka yang berasal dari kelas sosial atas?

Reproduksi Kesenjangan Sosial melalui Sekolah

Penelitian yang dilakukan dengan metode kualitatif ini melibatkan guru, siswa, dan orang tua di SDN Kupang IV sebagai informan. Melalui wawancara dan observasi, ditemukan bahwa sekolah tidak sepenuhnya menjadi alat mobilitas sosial, melainkan memperkuat kesenjangan.

Menurut teori Pierre Bourdieu yang digunakan sebagai kerangka analisis, sekolah sering kali mereproduksi kesenjangan sosial melalui kapital budaya. Anak-anak dari keluarga kelas atas lebih siap bersaing karena sudah terbiasa dengan budaya literasi, diskusi, dan dukungan fasilitas belajar. Sebaliknya, anak-anak petani tambak yang orang tuanya berpendidikan rendah, kurang mendapat stimulasi sejak dini, sehingga kesulitan mengikuti budaya sekolah.

Lihat Juga: Riset Ungkap Peran Penting Role Playing Digital dalam Meningkatkan Pemahaman Karakter Multikultural Siswa SD Muhammadiyah 2 Krian

Faktor lain yang memperkuat kesenjangan adalah keterbatasan akses. Dusun Kali Alo masih menghadapi persoalan infrastruktur, bahkan pada saat penelitian dilakukan, daerah tersebut belum sepenuhnya memiliki akses listrik. Akibatnya, anak-anak tidak bisa menikmati sumber belajar tambahan seperti televisi edukatif atau komputer.

Fitria Wulandari menegaskan, kesenjangan ini bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi juga persoalan budaya. “Habitus keluarga berperan besar dalam kesiapan anak untuk sekolah. Anak-anak kelas bawah sering kali tidak memiliki dukungan yang sama dengan anak-anak kelas atas dalam hal literasi dan budaya belajar,” jelasnya.

Dampak dan Rekomendasi bagi Pemerataan Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitos kesempatan sama dalam pendidikan masih terus terjadi, terutama di sekolah dasar pinggiran. Anak-anak dari keluarga petani tambak harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, sementara anak-anak kota sudah diuntungkan sejak awal.

Kondisi ini memperkuat kritik Bourdieu bahwa sekolah tidak sepenuhnya netral, tetapi sering menjadi alat dominasi simbolik kelas sosial atas. Di sisi lain, pendidikan seharusnya menjadi instrumen untuk pemerataan sosial, bukan sebaliknya.

Lihat Juga: PLP 1 Mahasiswa PGSD Umsida di SD Alam Al-Izzah: Penguatan Karakter dan Keterampilan Melalui Pembelajaran Berbasis Alam dan Kewirausahaan

Penelitian ini merekomendasikan agar pemerintah lebih serius memperhatikan sekolah-sekolah di daerah pinggiran. Fasilitas belajar seperti perpustakaan, ruang kelas layak, serta akses listrik dan teknologi harus disediakan agar anak-anak tidak tertinggal dari teman-temannya di perkotaan. Selain itu, guru perlu diberi pelatihan agar mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa.

Dengan demikian, mitos kesempatan sama dapat diwujudkan menjadi kenyataan. “Jika sekolah di pinggiran terus dibiarkan tertinggal, maka kesenjangan sosial akan terus berulang dari generasi ke generasi,” pungkas Dr Kemil.

 

Penulis: Mutafarida

Bertita Terkini

KMI Expo
Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia Expo (KMI Expo) 2025 Hadir di Universitas Tidar, Magelang
December 5, 2025By
kkn
Tiga Mahasiswa PGSD Umsida 2025 Lolos KKN Kemitraan Internasional
December 2, 2025By
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2025: Banyak Peluang Karir dan Tips untuk Sukses
November 18, 2025By
pertukaran mahasiswa
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Umsida 2025 Ikuti Pertukaran Mahasiswa di Unesa
November 14, 2025By
ramah anak
Mahasiswa Umsida 2025 Terapkan Pembelajaran Ramah Anak di SD Muhammadiyah 1 Krian
November 11, 2025By
hima pgsd
Hima PGSD Umsida Lantik Pengurus Baru 2025/2026, Wujudkan Visi Maju dan Soliditas Tanpa Batas
November 7, 2025By
sd negeri kembang
SD Negeri Kembang dan PLP II Umsida 2025 Tunjukkan Semangat Patriotisme di Lomba Drumband
November 4, 2025By
mahasiswa plp
Inovasi Pembelajaran Mahasiswa PLP II Umsida 2025 Hadirkan Kolase Biji-bijian sebagai Praktik Terbaik di SDN Kedungkendo
October 31, 2025By

Prestasi

Deisyah
Deisyah Amalia Rawethi Raih Medali Perak, Buktikan Kemampuan di Ajang Nasional
September 16, 2025By
Kejuaraan Pencak Silat Kanjuruhan Fighter Competition II 2025, Mahasiswa PGSD Berhasil Raih Juara 2
September 9, 2025By
mahasiswa
Mahasiswa PGSD Umsida Raih Juara 1, Anzalna Alfa Tunjukkan Tekatnya di Kompetisi Indonesia Expo battle Piala DPR RI
September 5, 2025By
Mahasiswa
Prestasi Gemilang Mahasiswa PGSD Umsida, Syihabudin Robbani Raih Juara 1 di Kejuaraan Nasional Malang Championship 5
August 1, 2025By
pgsd
Empat Mahasiswa PGSD Umsida Ikuti PMM di UNESA, Perkuat Kolaborasi Antar Kampus
February 26, 2025By
juara
Mahasiswa PGSD Umsida Raih Juara 1 di Paku Bumi Open Championship 2025
February 12, 2025By
Mahasiswa PGSD Lestarikan Aksara Jawa Dalam KKN Internasional
August 25, 2024By
6 Mahasiswa PGSD Hadapi Tantangan KKN di Malaysia
August 7, 2024By