pgsd.umsida.ac.id — Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar di mata pelajaran IPA? Pertanyaan ini menjadi fokus penelitian yang dilakukan oleh dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Dr Kemil Wachidah MPd bersama rekannya. Mereka menguji penerapan model Problem Based Learning (PBL) dengan pendekatan Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) pada siswa SD.
“PBL berbasis STEM membuat siswa tidak hanya menghafal materi, tetapi juga memahami konsep dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Dr Kemil. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah dasar di Sidoarjo dengan melibatkan siswa kelas IV.
Latar belakang riset ini muncul dari kondisi bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar sering kali hanya berorientasi pada teori. Guru masih dominan menggunakan metode ceramah, sementara siswa cenderung pasif dan kurang antusias. Oleh karena itu, dibutuhkan model pembelajaran yang interaktif, kreatif, sekaligus relevan dengan perkembangan abad 21.
Hasil riset menunjukkan bahwa kombinasi PBL dan STEM mampu menciptakan suasana belajar yang lebih hidup. Siswa diajak untuk memecahkan masalah nyata dengan mengintegrasikan konsep sains, teknologi, rekayasa, dan matematika. “Anak-anak lebih bersemangat karena mereka merasa belajar itu bukan sekadar menghafal, tetapi menemukan solusi,” tambahnya.
Peningkatan Signifikan pada Hasil Belajar
Bagaimana hasil yang dicapai siswa setelah diterapkan model PBL berbasis STEM? Tim peneliti menemukan adanya peningkatan signifikan baik dari sisi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Melalui uji pre-test dan post-test, nilai siswa meningkat secara konsisten.
Dr Kemil menegaskan, “Data yang kami peroleh menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa setelah penerapan PBL berbasis STEM lebih tinggi dibandingkan sebelum diterapkan. Ini membuktikan bahwa metode ini efektif.”
Selain peningkatan nilai akademik, siswa juga menunjukkan perubahan dalam sikap belajar. Mereka lebih percaya diri, aktif bertanya, dan berani mengemukakan pendapat. Tidak hanya itu, keterampilan berpikir kritis siswa juga terasah karena terbiasa menghadapi permasalahan yang menuntut analisis mendalam.
Guru yang terlibat dalam penelitian ini juga merasakan manfaatnya. Mereka lebih terbantu dalam menyampaikan materi karena model ini menyediakan skenario pembelajaran yang terstruktur. PBL mendorong siswa untuk bekerja dalam kelompok, berdiskusi, dan menyusun laporan. Hal ini sesuai dengan tuntutan Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran berbasis proyek dan pengembangan profil pelajar Pancasila.
“Dengan PBL berbasis STEM, kelas menjadi lebih dinamis. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan, tetapi fasilitator yang mendampingi siswa menemukan jawaban,” terang salah satu guru pendamping.
Implikasi Riset bagi Pendidikan Dasar
Apa dampak jangka panjang dari penelitian ini bagi dunia pendidikan dasar? Menurut tim peneliti, PBL dengan pendekatan STEM bisa menjadi strategi efektif untuk diterapkan secara luas di sekolah dasar. Tidak hanya meningkatkan prestasi akademik, tetapi juga menyiapkan siswa menghadapi tantangan masa depan.
“Metode ini sejalan dengan kebutuhan abad 21 yang menuntut generasi muda memiliki keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif,” ungkap Dr Kemil. Ia juga menambahkan bahwa pendekatan STEM mampu menghubungkan teori dengan praktik, sehingga siswa lebih mudah memahami konsep abstrak.
Implikasi lain dari penelitian ini adalah mendorong guru agar lebih berinovasi dalam merancang pembelajaran. Guru perlu memperkaya strategi mengajar agar siswa tidak bosan. “Kami merekomendasikan sekolah untuk memberikan pelatihan khusus kepada guru tentang penerapan PBL dan STEM,” jelasnya.
Dengan hasil riset ini, diharapkan semakin banyak sekolah dasar yang mengadopsi model pembelajaran inovatif. Pendidikan tidak lagi sebatas mengajarkan materi, tetapi juga menumbuhkan rasa ingin tahu, memecahkan masalah, serta menyiapkan generasi yang adaptif.
“Jika metode ini diterapkan secara berkelanjutan, maka mutu pendidikan dasar di Indonesia bisa semakin meningkat,” pungkas Dr Kemil.
Penulis: Mutafarida