Nilai Pendidikan

Pendidikan Al Islam Kemuhammadiyahan: Integrasi Nilai Islam dan Multikulturalisme

pgsd.umsida.ac.id – Pendidikan Al Islam Kemuhammadiyahan menjadi inti dari pendidikan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang bertujuan mengintegrasikan nilai Islam dengan kebutuhan masyarakat multikultural. Muhammadiyah, yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912, selalu mengedepankan pendidikan yang moderat dan progresif. Konsep ini tidak hanya berfokus pada pengembangan intelektual, tetapi juga membentuk karakter etis dalam menghadapi tantangan modern.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Procedia of Social Sciences and Humanities, pendekatan ini berperan penting dalam merawat keragaman, menciptakan harmoni, dan membangun landasan pendidikan yang menghargai nilai-nilai agama serta budaya.

Penerapan Nilai Multikultural

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai Islam dan multikulturalisme diterapkan di PTM. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen dari berbagai PTM di Indonesia.

Pendekatan multikultural dalam pembelajaran Al Islam Kemuhammadiyahan dirancang untuk:

  1. Memahami keberagaman budaya dan agama sebagai aset berharga.
  2. Menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
  3. Mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan prinsip multikulturalisme dalam kurikulum.

Muhlasin Amrullah, S.Ud., M.Pd.I salah satu peneliti, menekankan bahwa, “Pendidikan di PTM mengajarkan persaudaraan dan keadilan dalam Islam yang dapat diterapkan dalam hubungan antarbudaya.”

Prinsip-Prinsip Penting dalam Pendidikan Al Islam Kemuhammadiyahan

Dari penelitian ini ditemukan beberapa prinsip utama yang menjadi landasan pembelajaran Al Islam Kemuhammadiyahan:

  1. Pemahaman Agama yang Moderat: Membentuk sikap toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan agama.
  2. Integrasi Ilmu dan Agama: Mempadukan pendidikan akademis dengan nilai Islam untuk mencetak lulusan berakhlak mulia.
  3. Pengembangan Akhlak Mulia: Menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, disiplin, dan empati.
  4. Pemberdayaan Sosial: Mengarahkan individu untuk berkontribusi positif pada masyarakat.
  5. Menghadapi Tantangan Modern: Menjawab perubahan zaman dengan pendekatan teknologi dan globalisasi.

Peneliti juga menyoroti pentingnya diskusi antarbudaya untuk membangun pemahaman mendalam tentang keberagaman. “Melalui dialog ini, mahasiswa dari berbagai latar belakang dapat saling belajar dan mengatasi prasangka,” tambah Muhlasin.

Masa Depan Pendidikan Multikultural di PTM

Pendidikan Al Islam Kemuhammadiyahan berbasis multikultural adalah model pendidikan yang relevan di era globalisasi. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dan keberagaman budaya, PTM berperan penting dalam mencetak generasi yang kompeten, beretika, dan inklusif.

Melalui pelatihan dosen dan pengembangan kurikulum berbasis multikultural, Muhammadiyah terus mendorong pengajaran yang tidak hanya mencerdaskan tetapi juga membangun karakter. Seperti yang dikatakan oleh salah satu peserta studi, “Pendidikan di PTM adalah bentuk nyata dari harmoni antara agama dan keberagaman.”

Dengan keberhasilan pendekatan ini, Muhammadiyah diharapkan dapat terus menjadi pelopor pendidikan yang membangun masyarakat berkemajuan. Penelitian ini menjadi landasan kuat bagi pengembangan model pendidikan serupa di seluruh Indonesia.

 

Penulis: Mutafarida